تَعَلَّمْ فَاِنَّ اْلعِلْمَ زَيْنٌ لأَهْلِهِ # وَفَضْلٌ وَعِنْوَانٌ لِكُلِّ الْمَحَامِِدِ ****** وَكُنْ مُسْتَفِيْدًا كُلَّ يَوْمٍ زِيَادَةً # مِنَ الْعِلْمِ وَاسْبحْ فِىْ بُحُوْرِ الْفَوَائِدِ
Minggu, 20 November 2016
Sabtu, 18 Juni 2016
Indahnya Hidup Bersama al-Quran
Indahnya Hidup Bersama al-Quran
oleh :Zulfa Qurani
Alquran adalah sumber kemuliaan. Siapapun yang menjadikan Alquran sebagai panduan hidup, maka tidak ada yang akan dia dapatkan selain kemuliaan. Hidup bersama Alquran adalah kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya?
Alquran adalah sumber kemuliaan. Siapapun
yang menjadikan Alquran sebagai panduan hidup, maka tidak ada yang akan
dia dapatkan selain kemuliaan (QS Al-Anbiyaa [21]: 10). Namun, siapa
pun yang berpaling dari tuntutan Alquran, maka Allah akan memberikan
kesempitan dalam hidupnya (QS Thahaa [20]: 124).
Karena itu, syarat paling mendasar dalam
berinteraksi dengan Alquran adalah bagaimana kita mampu menjadikan
Alquran sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Ada empat keuntungan yang akan kita
peroleh bila berinteraksi dengan Alquran. Pertama, melahirkan jiwa yang
sabar. Banyak kisah tentang cobaan berat yang menimpa para pejuang
Islam. Mereka diintimidasi, disiksa, dipenjarakan, bahkan dibunuh. Namun
kebersamaannya dengan Alquran membuat mereka menjadi orang-orang yang
sangat tabah. Nadimah Khatul, seorang mujahidah Afghanistan, contohnya.
Beliau dipenjarakan oleh kaum komunis selama enam tahun. Dan ia
mengatakan, “Kami mengalami berbagai siksaan berat. Namun membaca dan
mengkaji Alquran membantu kami bersabar dan bertahan menghadapinya”.
Kedua, melembutkan hati. Seorang ulama
mengatakan, “Sesungguhnya hati itu mengkristal sebagaimana
mengkristalnya besi, maka lembutkanlah ia dengan Alquran”.
Ketiga, mengokohkan hati. Difirmankan,
Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar
dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu (QS Hud [11]: 120).
Keempat, sebagai nasihat dan obat tatkala
hati sedih dan gundah. Allah SWT berfirman, Wahai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan obat bagi yang ada di
dalam dada, petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS
Yunus [10]: 57).
Cara berinteraksi dengan Alquran
Hidup bersama Alquran adalah kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya? Langkah pertama adalah membacanya (tilawah). “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab mereka senantiasa membacanya dengan sebenar-benarnya bacaan (haqqut tilawah), mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya…” (QS Al-Baqarah [2]: 121).
Hidup bersama Alquran adalah kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya? Langkah pertama adalah membacanya (tilawah). “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab mereka senantiasa membacanya dengan sebenar-benarnya bacaan (haqqut tilawah), mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya…” (QS Al-Baqarah [2]: 121).
Haqqut tilawah dalam ayat tersebut
adalah berfungsinya lisan, akal, dan hati ketika melantunkan Alquran.
Lisan berfungsi dengan baik ketika mampu mentartikannya. Berfungsinya
akal adalah dengan memahami isi ayat yang dilantunkan. Sedangkan
berfungsinya hati adalah dengan merenungkan nasihat-nasihat yang
terkandung di dalamnya.
Dikisahkan, Imam Rafi’i bin Mahran pernah menderita penyakit akalah,
yaitu sejenis tumor tulang pada bagian lutut. Satu-satunya cara untuk
menghilangkan penyakit tersebut adalah dengan mengamputasi kaki. Waktu
itu dokter menawarkankhamr untuk meredam rasa sakit tatkala
proses amputasi dilakukan. Tapi Imam Rafi’i menolak dan ia mengatakan,
“Aku punya obat yang lebih mujarab dari apa yang engkau tawarkan
kepadaku. Datangkan saja kepada saya seorang qari.”
Selanjutnya ia berkata, “Dokter, apabila
ayat Alquran tengah dilantunkan dan anda melihat muka saya memerah dan
mata saya terbelalak, itulah saat yang tepat untuk memotong kaki saya”.
Ketika qari melantunkan ayat-ayat
Alquran, memerahlah muka serta terbelalaklah mata Imam Rafi’i. Khususnya
saat ia mendengar ayat yang berisi peringatan serta ancaman Allah SWT
Imam Rafi’i merasakan seolah-olah ancaman itu ditujukan pada dirinya.
Saat itulah dokter mulai memotong urat-urat serta menggergaji tulang
kaki. Subhanallah, tidak terdengar satu pun keluhan yang keluar dari mulut lelaki saleh ini.
Mengkaji Alquran
Setelah membaca, interaksi seorang Muslim dengan Alquran adalah mengkaji serta memahaminya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi Alquran sebagai pedoman hidup (QS Al-Baqarah [2]: 2).
Setelah membaca, interaksi seorang Muslim dengan Alquran adalah mengkaji serta memahaminya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi Alquran sebagai pedoman hidup (QS Al-Baqarah [2]: 2).
Secara redaksional, Alquran diturunkan
dalam bahasa Arab. Akibatnya, kita tidak bisa merealisasikan fungsi
Alquran sebagai petunjuk bila Alquran hanya dibaca saja. Karena itu,
memahami Alquran secara baik dan benar menjadi kewajiban seorang Muslim.
Ada beberapa syarat yang ditetapkan para
ulama agar tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran, di
antaranya: (1) Memiliki akidah yang benar, (2) Bersih dari hawa nafsu,
(3) Adil, (4) Memiliki pengetahuan bahasa Arab. Sebab, Allah SWT
menurunkan Alquran dalam bahasa Arab (lihat QS Az-Zukhruf [43]: 2), dan
(5) Menguasai ilmu-ilmu Alquran.
Memahami Alquran
Pertama, memahami Alquran dengan Alquran itu sendiri (tafsir quran bil quran). Sesungguhnya Alquran merupakan penjelas yang membenarkan satu bagian dengan bagian lainnya. Rasulullah SAW bersabda, “Ssementara Allah menurunkan kitab-Nya untuk saling membenarkan satu sama lain.” (HR Bukhari).
Pertama, memahami Alquran dengan Alquran itu sendiri (tafsir quran bil quran). Sesungguhnya Alquran merupakan penjelas yang membenarkan satu bagian dengan bagian lainnya. Rasulullah SAW bersabda, “Ssementara Allah menurunkan kitab-Nya untuk saling membenarkan satu sama lain.” (HR Bukhari).
Contoh ayat yang ditafsirkan dengan ayat
lain: Dalam QS Al-Fatihah [1] ayat 7, ”(yaitu) orang-orang yang telah
Engkau berikan nikmat kepada mereka.” Dalam ayat ini tidak dijelaskan
siapa orang-orang yang diberikan nikmat itu. Maka Allah SWT menjelaskan
dalam QS An-Nisa [4] ayat 69, ”Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.”
Kedua, Memahami Alquran dengan sunah nabi
yang shahih. Ibnu Taimiyyah berkata, “Cara yang paling shahih dalam
memahami Alquran adalah menafsirkan Alquran dengan Alquran. Jika engkau
tidak menemukan itu maka engkau mengambil sunnah, karena ia adalah
penjelas Alquran”.
Imam Syafi’i mengatakan bahwa seluruh apa
yang dihukumkan oleh Rasulullah SAW adalah dari apa yang beliau dapat
dari Alquran. Contoh pemahaman Alquran dengan sunah: dalam Alquran ada
beberapa ayat yang memerintahkan shalat. Namun, penjelasan bagaimana
melakukan shalat hanya akan kita temukan dalam sunnah. Rasulullah SAW
bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
Ketiga, memahami Alquran dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in.
Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Jika engkau tidak menemukan tafsir
dalam satu ayat Alquran, tidak juga dalam sunah, maka engkau harus
mencarinya dalam perkataan para sahabat. Mereka paling mengetahui hal
itu, sebab mereka melihat (qarain) situasi yang terjadi pada saat
Alquran itu diturunkan. Ditambah dengan ketinggian kemampuan bahasa dan
kejernihan pemahaman mereka.”
Contoh, pemahaman mereka terhadap kalimat
“jalan yang lurus” dalam QS Al-Fatihah [1] ayat 6. Maksudnya adalah
Islam atau Alquran atau sunnah Nabi atau sunah Khulafaur Rasyidin.
Pemahaman yang benar terhadap Alquran akan melahirkan sikap yang benar. Insya Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)